Minggu, 01 Oktober 2017

Batik

Saya adalah salah seorang penggemar batik. Sayangnya sebagai penggemar, saya belum sampai pada level hard core, yang paham makna dari setiap helaian batik yang dikenakan. Level saya masih level very very easy. Melihat selembar kain, suka dan pakai.

Jaman dulu yang mengenakan batik memang orang-orang tua saja dengan motif dan warna yang menunjukkan level kesenioran. Tapi semakin kesini, warna dan model makin bervariasi. Batik pun bisa berkesan santai saat dibuat model kekinian, tidak lagi terasa resmi bagai kondangan. Bahkan batik yang sama bisa digunakan untuk acara resmi dan santai tergantung pada asesori yang dipakai. Menggunakan batik dan celana jeans sudah tidak lagi dipandang aneh oleh sekitar.

Daster batik tentu saja saya punya. Hmmm siapa sih emak-emak di Indonesia yang tidak punya daster batik? Pasti adalah walau selembar. Konon kabarnya, semakin lama daster batik digunakan semakin nyaman di badan. Bahkan sampai robek-robek pun dijahit dan terus digunakan hingga akhirnya alih fungsi menjadi lap di dapur. Model daster yang standar ada, yang sekseh menggoda pun terselip di tumpukan. Dipakai? Oh tentu saja.

Baju batik saya pun lumayan banyak. Walau hanya satu dua yang batik semi tulis. Batik tulis belum punya hingga sekarang. Batik printing dan cap banyak. Warna merah dan ungu sebagai warna favorite tentu saja ada. Terus terang warna khas batik yang sogan kecoklatan itu saya kurang suka. Batik sogan ada, tapi jarang digunakan. Saya lebih suka batik pesisir seperti batik Pekalongan daripada batik Yogya/Solo. Warnanya yang meriah menarik hati saya.

Suatu hari dulu kala, saat hari Batik pertama digaungkan. Patuhlah kami menggunakan batik ke kantor. Sedikit lega terbebas dari keseharian menggunakan seragam Karantina. Seorang teman muncul, kami pun terpana. Batik yang digunakan sangat khas dan semua orang pasti langsung tahu itu batik apa.

"Loh pak, kok pakai batik yang itu?" tanya saya padanya.

"Batik ini kan jarang digunakan. Paling hanya untuk upacara. Itu juga belum tentu sebulan sekali. Jadi lebih baik digunakan hari ini. Untuk memperingati hari Batik. Gak ada ketentuan kan harus pakai batik apa? Memangnya saya salah ya pakai batik KORPRI?" jawabnya santai.

Dan.... Kami pun tertawa. Cerita batik Korpri ini akhirnya menjadi salah satu cerita legenda di kantor.

Selamat Hari Batik Nasional

#BanggaPakaiBatik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut